Masyarakat Mencari Makanan Serba Praktis

SIAPA anak yang kini tak kenal chicken nugget? Sampai di pinggir kota pun jenis makanan ini dijual di perumahan-perumahan, bahkan hingga di kampung-kampung.

Ayam yang dibalut dengan tepung roti dan kemudian digoreng ini menjadi kegemaran anak-anak baik untuk cemilan maupun untuk menjadi lauk sebagai pendamping nasi. Rasanya yang gurih dan renyah membuat anak-anak senang mengonsumsinya.

Sementara di sisi lain, bagi orangtua yang sering pusing harus memilih menu yang disukai anak-anak, kehadiran makanan seperti ini paling tidak memberi alternatif. Apalagi cara mengolahnya sangatlah praktis. Tinggal simpan di lemari es dan goreng sebelum disajikan. Praktis tak sampai seperempat jam, lauk itu sudah siap disantap.

Tak heran lalu kalau lauk ini menjadi bagian yang setiap kali diambil ketika ibu-ibu berbelanja ke pasar swalayan. Seperti kata Fanny, “Kalau lagi malas mikir, saya goreng saja chicken nugget, selesai.” Ibu dua anak ini mengaku selalu menyediakan setidaknya dua kantong nugget di dalam lemari pendingin di rumahnya. “Selang-seling, kadang rasa ayam, kadang rasa bakso atau udang,” katanya.

Menurut Fanny, adakalanya dia membekali anaknya dengan jenis nugget ini untuk dibawa ke sekolah.

“Anak saya sering terlambat bangun sehingga enggak sempat sarapan. Kalau sudah begini, saya bawakan saja beberapa potong nugget tambah kentang. Biasanya mereka makan di mobil,” kata Fanny, yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta Selatan.

Hal senada dikemukakan Triyono Prijosoesilo, yang sehari-hari adalah Manajer Hubungan Masyarakat Hypermarket Carrefour. “Saya juga heran, anak saya yang umur empat tahun suka sekali nugget. Favoritnya chicken nugget. Saya enggak tahu gimana ya gizinya.

Tapi, saya biarkan saja karena kami sama-sama sibuk. Untuk memikirkan menu yang rumit-rumit, rasanya enggak ada waktu,” kata pria yang beristri perempuan pekerja kantor ini.

Waktu yang terasa semakin sedikit, ketergesa-gesaan, membuat banyak orang cenderung memilih hal yang serba praktis. Dalam hal menyajikan makanan di rumah, pilihan itu terus bertambah ragamnya.

Siapa juga yang tak kenal dengan bumbu instan? Bumbu-bumbu instan yang ditawarkan variasinya kian hari kian bertambah. Ibaratnya tinggal tambah air atau santan, maka jadilah makanan yang dulu dengan susah payah disiapkan oleh ibu-ibu atau nenek-nenek kita.

Mau apa tinggal sebut, rendang, soto, lodeh, rawon, balado, sambal goreng, opor, dan lainnya.

Kini bukan hanya bumbu yang banyak macamnya. Lauk kalengan tak kurang macam dan ragamnya. Kalau sekian tahun lalu orang hanya mengenal corned atau ikan sarden dalam kaleng, sekarang ada banyak lauk yang dikemas dalam kaleng.

“Dari sekitar 9.000 jenis barang yang kami jual, 70 persen berupa makanan. Dan dari makanan ini, 10 persen berupa makanan kaleng,” kata Basuki, Manajer Senior Hubungan Industri Makro, di Jakarta. Yang dimaksud makanan kalengan di sini memang tak terbatas hanya pada lauk dalam kaleng. Lauk pauk dalam kaleng adalah sebagian di antaranya.

Di hypermarket Carrefour, jenis makanan kaleng yang ditawarkan sekitar 200 jenis. “Kebanyakan lokal, hanya sedikit sekali yang kami impor,” kata Triyono.

Makanan yang dikalengkan terdiri atas berbagai macam, dari mulai daging sapi, kepiting, udang, sayur, hingga biji-bijian. Kalau Anda melihat dalam rak di Carrefour, ada beef liver paste, crab meat, hotmel chili with beans, young corn, asparagus, vegetarian mock duck, itu hanya sebagian dari yang lain-lain lagi.

Beda lagi dengan bumbu instan, makanan kaleng ini malah lebih praktis lagi. Tinggal dipanaskan, tanpa harus menambahkan sesuatu lagi, jadilah makanan ini siap untuk dikonsumsi sebagai lauk.

Didikte konsumen

Seberapa minat masyarakat terhadap lauk dalam kaleng ini memang sulit untuk dicari ukurannya. “Yang jelas, kalau dulu kami mendikte konsumen, sekarang kami yang didikte konsumen,” kata Basuki.

Artinya, lauk dalam kaleng itu disediakan oleh Makro karena memang ada permintaan dari konsumen. Namun, jenis lauk dalam kaleng yang disediakan Makro, menurut Basuki, lebih pada yang sudah dikenal lama oleh konsumen.

Daging dalam kaleng, umpamanya, yang paling dikenal mereknya adalah Maling. “Itu hanya contoh saja. Lauk dalam kaleng itu bermacam jenisnya, dari pindang, daging, hingga kacang-kacangan,” ucap Basuki.

Kebanyakan lauk dalam kaleng yang ditawarkan berasal dari produk lokal. Selain alasan harga, Basuki mengungkapkan, “Ini menyangkut juga soal kehalalan. Produk lokal bisalah kita jamin untuk soal yang satu ini.”

Hampir senada, Triyono mengatakan, merek yang sudah lama dikenal masyarakat “wajib” ada. “Sama juga dengan mi instan, teh, atau minyak goreng, serta lainnya, ada merek yang harus selalu ada. Sebanyak apa pun jenis mi tidak mungkin kami tidak menyediakan Indomie, terutama Indomie Goreng. Untuk minyak goreng harus ada Bimoli dan Filma,” kata Triyono membandingkan.

Untuk makanan dalam kaleng, dua merek yang bisa disebut adalah Del Monte dan SW. “Apa pun namanya merek itu membentuk persepsi orang,” katanya tentang kenapa merek tertentu menjadi begitu penting.

Meski jenis makanan kaleng dari waktu ke waktu cenderung bertambah variasinya, penjualan makanan dalam kaleng ini tidak segencar makanan seperti nugget misalnya.

“Untuk nugget, peningkatan penjualan rata-rata 10 persen tiap tahun, sementara makanan kaleng volumenya tidak sebesar itu,” demikian humas Carrefour, hypermarket yang kini mempunyai 10 tempat di Jakarta.

Triyono melihat perkembangan jenis nugget ini sangat menarik. Yang memasarkan produk-produk itu, katanya, makin hari makin banyak. “Kami di sini menyediakan sekitar 30 jenis, Jenisnya bisa turun-naik, silih berganti, namun volumenya yang terus meningkat setiap tahun,” kata Triyono.

Kalau dari kemasan makanan ini kelihatan keren, jangan keburu bilang bahwa itu merupakan makanan impor. Boleh dikatakan 100 persen produk-produk nugget ini lokal. “Malah yang impor tak ada. Tapi, memang sepintas karena menggunakan bahasa asing dan kemasannya kadang kelihatan mewah, dikiranya asal impor. Padahal, tidak ada yang kami impor,” jelas manajer humas Carrefour ini.

Perkembangan variasi nugget ini, menurut Triyono, sangat dinamis dibandingkan dengan makanan kaleng. Sebuah produk bisa berumur singkat dan langsung hilang kalau ternyata tak diminati. Lalu muncul lagi jenis dan merek baru, seperti susul-menyusul.

“Bukan berarti tidak ada merek yang bisa bertahan sampai tahunan. Yang saya ingin tekankan di sini, dinamika dari pasar nugget ini luar biasa. Dan karena produsennnya banyak, perputaran produk ini cepat. Kalau masyarakat mulai bosan dengan satu jenis tertentu, segera muncul jenis lain. Cepat sekali,” kata Triyono.

Menurut pengamatannya, saat ini yang sedang favorit adalah sayap ayam atau yang lebih populer disebut chicken wings. Seingatnya, bagian sayap ini baru mulai populer dan laris sejak sekitar enam bulan lalu.

Seperti juga bagian-bagian ayam lainnya, sayap ini ditawarkan dalam berbagai rasa, dari yang berasa gurih sampai yang asam-manis-pedas.

“Saya sendiri yang sehari-hari bekerja di sini juga dibuat heran dengan perkembangan di sektor ini,” ucap Triyono.

Seingatnya, produk yang dikemas dalam plastik-plastik dan tinggal goreng itu asalnya justru dari restoran-restoran. Mungkin Anda sering melihat menu chicken nugget atau chicken finger, katsu, dan lainnya, atau mungkin juga pernah melihat menu chicken wings di restoran waralaba dan kafe-kafe.

“Dan kini orang tidak perlu lagi pesan makanan-makanan itu di restoran, tetapi cukup membeli mentahnya dan menggoreng di rumah dengan harga yang pasti jauh lebih murah,” ucap Triyono. “Rasanya pun mirip,” lanjutnya. (ret)

8 Responses

  1. Cepat dan praktis, ngak tau bagaimana efek sampingnya ya ? 🙂

  2. wew, baru tw kalo nugget itu ampir semua nya berasal dari lokal…

  3. nugget akhir-akhir ini memang semakin merebak dimana-mana.

    salam kenal beh,,, tukeran link yuk beh. saya udah pasang linknya silahkan di cek.

  4. nuget atau biasa di bilang naget.. memang makanan paling di gemari anak kecil.. kira-kira berbahaya ga sih kalo kesringan jajan gituan?? btw.. link na dah saya pasang.. salam blogger n salam kenal.. sukses..

  5. Kalo beli yg udah kemasan2 gt mgkn ada efek smpg ny wat anak2 khususny,krn kndgan pgawet dan bykny Msg,.alhmdlh sy prduksi sndri yg sehat tnp k2 bhn tsbt,.tmn2 jg mulai pd pesan…lumayan awalny anak2 kt bs mkn yg sehat d pnh gzi,.lama2 dmpet sy jg sehat..hee…

  6. […] Masyarakat Mencari Makanan Serba Praktis […]

  7. […] Masyarakat Mencari Makanan Serba Praktis […]

Leave a reply to Amalia Cancel reply